Subscribe Us

header ads

ANTOLOGI PERTAMAKU, TENTANG IBUKU.

                                                              SURATI, BIYUNGKU

Oleh  :     Lely Suryani

 

SURATI nama biyungku, seorang perempuan tangguh luar biasa  yang dilahirkan oleh seorang ibu bernama Sutiyem dan ayahnya bernama MartaWitana Suyud.  Beliau dilahirkan  68 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 3 Maret 1953, di sebuah pelosok desa Berta, dusun Kalibangkang namanya.

Karena masa itu masih jaman REkASA, walaupun ayah nya seorang Lurah,  namun kehidupannya penuh keterbatasan dan serba kekuranagn. Yang ada hanya nasi jagung,ketela dan olahannya, yang berupa krekel, gaplek, dan  oyek, serta umbi – umbian  seperti ganyong, angkrik, uwi, suweg, dan lain – lain.

Jika nakan nasi,  itupun bukan nasi biasa,  tapi nasi luar biasa yang bernama SEGA BLUGHUR. Nasi ini berasal dari  beras yang sudah berwarna kuning kehitam – hitamaan. Untuk bisa membeli berasp seperti itupun, harus berjuang dulu dengan mengayuh sepeda onthel jaman dulu, sejauh kurang lebih 20 kilo meter.

Berkat ketelatenan dan ketekunan ibunya merawat bayi Surati, maka bayi Surati dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Walaupun  dalam kesehariannya yang disuapkan adalah  gaplek dan nasi bulghur yang dibuat lembek, serta buah pisang jika pohon pisang dikebun berbuah.

Bayi Surati terus tumbuh dan berkembang  dengan dengan pembawaan yang supel, murah senyum dan pintar bicara serta aktif bergerak. Dengan keaktifan geraknya, Surati pun lincah  meloncat dan  melompat ke sana kemari. Sebagai anak tunggal, rumah yang besar menjadi area bermain sepenuhnya. Kursi – kursi menjadi sarana untuk meloncat dan melompat dengan lincahnya. Namun naas di suatu hari sedang asyiknya  loncat – loncat, dia terjatuh dari kursi yang ternyata sudah rapuh. Kaki kiri yang keplethos ( Jawa red ), menjadi bengkak dan tidak bisa digerakkan. Pada waktu itu yang namanya klinik masih sangat jarang dan biayanya juga tidak ada, sehingga hanya pijat oleh tukang pijat. Beberapa kali dukun pijat memijatnya dengan penuh harapan, namun apa daya tidak ada kemajuan yang signifikan. Walaupun dapat ditapakkan, namun  telapak akinya menceng.

Sungguh malang nasib Surati kecil, di kala sedang berjalan, telapak kaki yang menceng tiba- tiba tertusuk suatu benda, entah beling ,atau duri. Keadaannya cukup parah sampai berhari – hari tidak bisa berjalan dan bengkak. Apakah dibawa ke klinik? Ternyata TIDAK.  Hanya diobati dengan ramuan dedaunan yang ditempalkan pada luka. Lukanya dapat sembbuh namun efeknya jika  berjalan harus dijinjit. Sampai sekarang. Itulah kisah masa kecil biyungku yang membuat beliau harus berjalan dengan kaki satu yang dijinjit. Isilahnya berjalannya Pincang.

Apakah dengan memiliki kaki yang pincang membuat, Biyungku jadi minder,? Oh… ternyata tidak. Beliau tetap semangat sampai bisa menamatkan sekolah dasarnya yang harus ditempuh dengan berjalan kaki sejauh kurang lebih 3 kilo meter. Dari semangatnya ini pula yang membawa beliau selalu juara lari mengalahkan anak – anak yang lain yang kakinya normal. Hebat kan ibuku,,,,

Setelah tamat sekolah dasar, Surati sudah tidak diperbolehkan melanjutkan sekolah lagi, dengan alasan anak perempuan harus di rumah membantu orang tua. Dan sudah menjadi kebiasaan di desa, jika di suatu rumah ada anak gadisnya, pasti akan segera dilamar oleh orang tua yang memiliki anak laki- laki. Hal ini juga dialami oleh Surati ibuku. Pada waktu itu Surati baru satu tahun tamat sekolah dasar. Jadi baru berumur 14 tahun.Apakah Surati bisa menolaknya.. Oh.. TIDAK.

Perkawinanpun segera dilangsungkan. Satu setengah tahun usia perkawinan, Surati mengalami kegururan dengan usia kehamilan 4 bulan.Selang satu tahun kemudian, Surati hamil lagi, dan melahirkan anak  pertama hidup, Seorang anak laki – laki yang diberi nama Suroso. Yangbermakna lahir di bulan Suro ( Jawa, red ). Beliau adalah kakak laki – laki ku .

Dalam segala keterbatasan, Ibuku terus memiliki semangat membara untuk belajar. Di sela - sela  mengasuh anak, beliau menyempatkan diri mengikuti kursus menjahit. Tempat kursus pun jauh dan harus berjalan kaki atau naik sepeda jika ada yang meminjaminya. Kursus menjahipun berjalan lancar den membawa keberhasilan. Pada waktu itu sudah bisa menerima orderan membuat baju. Bukan dengan alat jahit bermerek Kupu pada jamannya, namun membuat baju denga jahit tangan, Kalau istilah sekarang adalah hand made. Sungguh luar biasa.

Dua tahun setelah anak pertama lahir, Surati melahirkan anak yang kedua. Anak perempuan yang di beri nama Lely Suryani. Ternyata,  itu adalah diriku.Setelah melahirkan aku, kegiatan perjahitan tangan tepaksa dihentikan,. Nah setelah aku lahir, ada harapan hidup lebih baik lagi, karena ayahku atau suami dari Surati terpilih menjadi perangkat desa dengan jabatan Pulisi desa. Keren kan ?

Dengan menyandang istri Pulisi desa, ibuku ditunjuk supaya mengikuti kursus Dukun Penganten di kecamatan. Wah… walaupun dengan jalannya yang pincang, tidak membuat beliau merasa minder atau malu untuk berkumpul dengan istri – istri para pembesar pemerintahan. Ada istri Wedana, istri Camat, dan istri – istri Lurah di masa itu. Berawal dari kegiatan  PKK berupa kursus Rias Pengantin inilah ibuku bisa mengembangkan minat dan bakatnya dalam dunuia rias Pengantin.

Alhamdulillah sampai sekarang beliau menjadi dukun pengantin yang sangat terkenal. Dandana nya selalu bisa mengikuti perkembangan jaman dan selalu mengikuti segala keinginan dari para pengantin ( pelanggan,red ). Bayangkan saja, sudah 49 tahun menekuni profesi sebagai dukun pengantin, pasti sudah ratusan bahkan ribuan wajah berhasil dipermaks dengan sempurna.

Di sisi karirnya yang sanagt pesat, ,bertambah pula jumlah anak yang dilahirkannya. Sejak melahirkan saya sebagai anak kedua, dua tahun kemudian beliau mengalami keguguran lagi. Namun kali ini janin baru berusia  bulan, jadi masih berupa segumpal darah. Dua tahun setelah keguguran, ibuku melahirkan lagi, anak laki- laki yang hanya bertahan hidup di dunia selama 7 hari.Pas hari pemberian nama, sehungga diberi nama Slamet.

Hal ini tidak memupuskaan ibuku  untuk menambah momongan lagi. Dua tahun kemudian, melahirkan bayi perempuan yang sangat cantik , diberi nam Nuning Astuti. Nuning Astuti rupanya juga membawa rejeki tersendiri. Sebalum kelahirannya, Ayahku naik jabatan dari Pulisi Desa menjadi Seorang Bau ( sekarang Namanya Kepala Dusun )Sebuah jabatan  moncer yang memiliki wilayah binaan.

Berhubung ibuku sebagai anak tunggal diharapkan punya anak minimal 4. Ibuku sanagt menurut kepada ibunya, sehingga dilarang berKB pun beliau menurut saja, Terbukti setiap dua tahun sekali pasti beliau hamil. Dua tahun kemudian melahirkan anak lagi, bayi laki – laki dengan nama Joko Prayitno. Di kala baru malahirkan 7 hari, ibuku mengalami kejadian yang sangat menyedihkan yaitu dipanggilnya ibunya (embah putriku ) keharibaan Illahi Robbi. Innalillahi Wainna ilaihi Rojiuun… Dibalik kesedihan ini ada kebanggan tersediri bagi ibuku, yang sudah  memenuhi keinginan orang tuanya supaya punya anak minimal 4. Itulah hikmah dari Birrul Walidaini, sampai saat ini keempat anaknya telah berkeluarga dengan kebahagian masing – masing.

Di samping kebahagiaan yang terus datang, kesesdihan masih menghampiri kehidupan ibuku. Memasuki usia perkawinannya yang ke 45, suami tercintanya, yang notabene adalah ayahku, harus Pulang ke Rahmatulloh. Innalillaahi wainna ilahi rojiuun….Beliau Bapah Waslam Akhmat Sutarjo seorang pensiuanan Kepala dusun, di hari Jum at Kliwon, tanggal 20 Juli 2012 harus meninggalkan dunia ini menuju ke pangkuan Alloh SWT.

Dengan meninggalnya ayahku, ibuku menjadi seorang janda yang sampai saat ini sehat wal afiat, dikelilingi 4 anak, 9 cucu, dan 2 buyut. Ibuku  adalah sosok Wanita Tangguh , teladan bagi anak cucunya. Selalu berpraktik baik kepada siapapun tanpa pamrih apapun. Apalagi kepada anak cucunya. setiap anak / cucu yang datang selalu diterima dengan tangan terbuka penuh kasih sayang. Tidak hanya di waktu sehat,/ bahagia beliau ada, namun dikala anak cucunya sakit / sedih, beliau selalu pasang badan, siap sedia digaris depan. Saya sendiri merasakan diwaktu saya sakit , jika dipijat oleh ibuku, langsung sembuh. Mantap pokoknya.

Demikian juga anak cucunya selalu menyayangi beliau sepenuh jiwa raga, Semua berpartisipasi untuk kebahagiaan ibu. Atas saran dari suami ku, beliau saya Umrohkan di tahun 2015. Semoga suatu ssat nanti kami anak – anaknya, bisa memberangkatkan Haji. Aamiin. Teriring doa “ Allohumma firli Dzunubi Wali wali dayya warhamhumma kama robbayani Shohiro… Sehat – sehat selalu biyungku, berumur Panjang dengan penuh keberkahan… aamiin…

Itulah kisah ibuku, biyungku, yang mengharu biru, terasa menysakkan kalbu. Namun perjalanan hidup tidak selamanya kelabu, jika dijalani dengan tawakal dan penuh syahdu, akan berubah menjadi kegembiraan dan kebahgiaan yang haqiqi. Aamiin

 

KAN KU PERSEMBAHKAN DARMA BAKTIKU BUAT BIYUNGKU

Biodata Penulis :

Nama : Lely Suryani, S.Pd SD., lahir di Banjarnegara, pada tanggal 25 Juli 1972. Pendidikan terakhir S1 PGSD. Pekerjaan sebagai  guru di SD N 1 Gumelem Kulon. Nomor HP.. 081388112412..

Memiliki seorang suami bernama  Trisno, M.Pd, dengan  5 yaitu  Elmy Rina Wijaya Pusphawati, Galuh Pangestika Wijaya Atas Asih, Muhammad Miftakhul Nafi Wijaya, Maitsa Dhiya Nabila Wijaya Trisyani, dan Muhammad Zidny Ilma Izzulhaq Wijaya. Serta memiliki anak 2 cucu yaitu Adam Pradipta Wijaya Dewantara  dan Khairi Agam Leosean Ashar.

PROFIL LENGKAPKU...

https://lelysuryanikreatifinspiratif.blogspot.com/2022/01/profil-lely-suryani.html





Posting Komentar

6 Komentar

  1. Seru sekali saya membaca kisah Ibunya Bu Lely.
    Salam untuk Ibu Bitung nya Bu Lely, sehat selalu yaa...

    (keplethos, saya baru dengar kata ini... Hihihihi)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bang indra.. kidah ibuku mengharu biru
      Pokoknya..
      Saya yang nulis juga kalau membacanya suka berurai air mata..
      Insya Alloh nanti saya sampaikan salamnya..
      Terimakasih

      Hapus
  2. Ibu ...bagaikan perputaran siang dan malam,tanpa beliau kita belum tentu bisa seperti sekarang,tulisannya sangatmsangat menginspirasi sekali ,mantap

    Kalau boleh emak ngasih saran jangan memposting biodata secara lengkap,takut disalah gunakan oleh Netizen ...maafkan saran emak 🙏🙏🙏🙏🙏

    BalasHapus
  3. Kisah ibunya ngat inspiratif. Zaman kini mungkun disebut pembelajar seumur hidu. Pembelajar sejati. Salam Bu. Bangga nggih punya Ibu seperti itu.

    BalasHapus
  4. Tetap berusaha sabar dan istiqomah dalam hidup ini.

    BalasHapus